Kanker pada anak masih menjadi masalah kesehatan pelik di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Secara global, World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 300.000 anak berusia 0-19 tahun terdiagnosis kanker setiap tahun. Akan tetapi, tidak semua anak mendapatkan pengobatan yang efektif.
Kendala terbesar yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi kanker pada anak adalah sulitnya melakukan pencegahan dan deteksi dini. Selain itu, diagnosis yang keliru dan tertunda, kurangnya akses terhadap fasilitas kesehatan, dan risiko kambuhnya kanker setelah pengobatan turut menjadi rintangan menuju kesembuhan.
Lantas, seperti apa situasi kanker pada anak di Tanah Air?
Jenis kanker anak di Indonesia
Berdasarkan data dari Union for International Cancer Control (UICC), jumlah anak yang menderita kanker bertambah sekitar 176.000 orang setiap tahunnya. Mayoritas anak yang menderita kanker berasal dari negara berpenghasilan rendah hingga menengah.
Di Indonesia, setiap tahun terdapat sekitar 11.000 anak yang baru terdiagnosis kanker. Kasus kanker pada anak-anak di Indonesia sebetulnya cukup jarang, tapi penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya.
Jenis kanker yang menyerang anak umumnya berbeda dengan orang dewasa, kendati ada beberapa jenis kanker yang bisa muncul pada keduanya. Mengutip laporan Kementerian Kesehatan RI, jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak antara lain:
1. Leukemia
Leukemia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak. Bahkan, sepertiga kasus kanker pada anak di Indonesia merupakan leukemia. Pada tahun 2010, jumlah penderita leukemia adalah 31% dari total keseluruhan kanker anak. Persentase ini terus meningkat menjadi 35% pada 2011, 42% pada 2012, dan 55% pada 2013.
Leukemia adalah kanker yang menyerang sel darah putih. Ada empat jenis leukemia yang menyerang anak-anak, yakni:
- Leukemia limfositik akut
- Leukemia mieloid akut
- Leukemia limfositik kronis
- Leukemia mieloid kronis
Angka kematian akibat leukemia pada tahun 2010 dan 2011 adalah 19 persen. Angka ini meningkat menjadi 23% pada tahun 2012 dan 30% pada tahun 2013. Jika kanker dideteksi lebih awal dan pasien mendapatkan penanganan efektif, angka harapan hidup selama 5 tahun ke depan pada leukemia dapat mencapai 90 persen.
2. Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah jenis kanker yang menyerang mata, tepatnya lapisan dalam mata yang disebut retina. Penyakit ini menyebabkan pembentukan tumor ganas pada retina, baik pada salah satu mata ataupun keduanya.
Di Indonesia, sekitar 4-6% kanker pada anak merupakan retinoblastoma. Penderita umumnya mengalami gejala berupa munculnya bercak pada tengah mata, pembesaran bola mata, berkurangnya penglihatan, hingga kebutaan.
Tanpa penanganan, retinoblastoma dapat menyebabkan kematian. Jika tumor hanya ada pada satu mata, angka harapan hidup pasien bisa mencapai 95 persen. Sementara bila tumor terdapat pada kedua mata, angka harapan hidup berkisar antara 70-80 persen.
3. Osteosarkoma (kanker tulang)
Osteosarkoma adalah kanker yang menyerang tulang, terutama tulang paha dan kaki. Kanker tulang sebenarnya cukup jarang, tapi penyakit ini menempati peringkat ketiga kanker untuk anak di Indonesia. Tahun 2010, osteosarkoma mencapai 3% dari seluruh kasus kanker pada anak.
Tahun 2011 dan 2012, jumlah anak yang menderita kanker tulang di Indonesia mencapai 7 persen. Sementara pada tahun 2013, angka penderita osteosarkoma adalah 9% dari total kasus kanker yang terjadi pada anak. Apabila kanker belum menyebar ke area tubuh lain, angka harapan hidup pasien bisa mencapai 70-75 persen.
4. Neuroblastoma
Neuroblastoma adalah kanker pada sel-sel saraf yang disebut neuroblas. Neuroblas seharusnya tumbuh menjadi sel saraf yang berfungsi normal, tapi pada neuroblastoma, sel-sel tersebut justru tumbuh menjadi sel kanker yang berbahaya.
Kasus neuroblastoma pada tahun 2010 sebenarnya tidak banyak terjadi di Indonesia, yakni hanya 1% dari total kasus kanker pada anak. Namun, jumlahnya meningkat menjadi 4% pada tahun 2011 dan 8% pada tahun 2013.
Neuroblastoma dengan risiko rendah memiliki angka harapan hidup sebesar 95 persen. Sementara itu, neuroblastoma yang lebih ganas dan berisiko tinggi memiliki angka harapan hidup sebesar 40-50 persen.
5. Limfoma
Limfoma adalah kanker yang menyerang kelenjar getah bening. Di Indonesia, angka penderita limfoma pada tahun 2010 mencapai 9% dari total kasus kanker anak, lalu meningkat menjadi 16% pada 2011. Pada tahun 2012 dan 2013, jumlah anak yang menderita kanker limfoma di Indonesia menurun menjadi 15% dari total kasus.
Anak-anak dengan limfoma stadium 1 atau 2 memiliki angka harapan hidup mencapai 90 persen. Jika limfoma sudah mencapai stadium 3 atau 4, angka harapan hidup berkisar di bawah 70 persen.
Pengaruh kanker terhadap kejiwaan anak di Indonesia
Kanker amat berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan pasien, terutama pada anak-anak yang rentan terkena stres akibat penyakit kronis. Hal ini pula yang menjadi tugas besar Indonesia dalam menangani kanker pada anak.
Menurut penelitian dalam American Cancer Society, anak-anak yang menderita kanker lebih berisiko mengalami gangguan psikosis dibandingkan anak seusianya. Gangguan psikologis tidak hanya terjadi saat anak menjalani pengobatan, tapi juga setelah mereka sembuh dari kanker.
Gangguan psikologis tersebut meliputi gangguan kecemasan (41,2%), penyalahgunaan obat-obatan (34,4%), serta gangguan mood dan lain-lain (24,4%). Gangguan psikosis dan gangguan kepribadian terjadi pada kurang dari 10% anak-anak.
Penelitian lain dalam Wiley Online Library turut menemukan gangguan psikologis lain yang dialami anak-anak penderita kanker. Para peneliti menemukan adanya kasus depresi, gangguan antisosial, post-traumatic stress disorder (PTSD), hingga skizofrenia.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesahatan pada tahun 2015, sekitar 59% anak-anak pengidap kanker memiliki masalah mental, lalu 15% di antaranya mengalami gangguan kecemasan, 10% depresi, dan 15% terkena post traumatic stress disorder (PTSD).
Jurnal psikologi Universitas Negeri Malang berjudul Kualitas Hidup Penderita Kanker menyimpulkan, penyakit kanker memberikan perubahan signifikan secara fisik maupun psikis individu, mulai dari kesedihan, kekhawatiran, hingga ketakutan akan masa depan dan kematian.
Setiap tahun, kanker menyerang belasan ribu anak di Indonesia. Penyakit ini tak hanya berdampak pada kondisi fisik, tapi juga psikologis mereka. Ini sebabnya perawatan terhadap kanker perlu menyentuh kedua aspek tersebut.
Deteksi dini, perawatan yang memadai, serta dukungan orang-orang terdekat adalah berbagai faktor yang akan membantu anak penderita kanker di Indonesia. Selain meningkatkan kualitas hidup anak, faktor-faktor tersebut bahkan juga bisa membantu mereka mencapai kesembuhan.
The post Data Anak Penderita Kanker di Indonesia dan Pentingnya Menjaga Mental Mereka appeared first on Hello Sehat.
from Hello Sehat
0 Comments:
Posting Komentar